Senin, 06 Mei 2013

Film-film Animasi Family-Themed Terbaik



Film keluarga memang tidak harus menceritakan tentang keluarga. Tapi aku pribadi memberikan nilai lebih untuk family-themed movies yang mengetengahkan masalah dalam keluarga (biasanya perbedaan pandangan antara anak dan orangtua) atau kisah sebuah keluarga yang menemukan makna keluarga sesungguhnya setelah melalui sebuah petualangan bersama. Berikut 5 film animasi family-themed terbaik versiku, diurutkan berdasarkan abjad.


BRAVE (Pixar, 2012)





Brave mengajak kita untuk mengenal sosok Merida, putri pertama dari klan Dunbroch di Skotlandia. Tapi, jangan bayangkan Merida adalah sesosok putri yang anggun, lemah lembut dan suka mengenakan gaun-gaun cantik. Ia lebih mirip sang ayah, Raja Fergus, yang berkelakuan barbar layaknya kebanyakan orang Viking. Alih-alih lemah lembut, Merida justru menyukai kegiatan berkuda menyusuri hutan sambil mengasah kemampuan memanahnya, bahkan memanjat tebing curam. Rambutnya awut-awutan dan kelakuannya jauh dari sopan santun.

Hal inilah yang membuat sang ibu, Ratu Elinor, gemas dan berusaha mengajari Merida untuk berkelakuan layaknya seorang putri. Perseteruan di antara keduanya kian memanas saat Merida diharuskan memilih salah satu dari ketiga putra pertama kepala suku lainnya untuk dijadikan suami, yang merupakan tradisi turun temurun di klan Dunbroch.

Merasa tidak cocok dengan tradisi itu, Merida dengan sengaja membuat kekacauan saat acara berlangsung. Pertengkaran hebat pun terjadi antara dirinya dan Ratu Elinor yang berujung pada kaburnya Merida dari istana menuju hutan.

Di tengah hutan, Merida secara tidak sengaja menemukan pondok penyihir. Menyadari kekuatan sihir yang dimiliki penyihir itu, Merida segera meminta mantra untuk mengubah ibunya, supaya takdirnya bisa ikut berubah.

Well, mantra yang diminta Merida adalah supaya sang ibu mau merubah keputusannya mengenai pernikahan, namun mantra dari sang penyihir justru merubah Ratu Elinor menjadi seekor beruang besar! Merida harus melarikan ibunya ke hutan dan mencari cara supaya mantra itu bisa dipatahkan, disaat sang ayah berusaha memburu si beruang besar yang dikiranya telah membunuh Elinor. 






Drama keluarga yang terjadi disini adalah antara Merida dan sang ibu, Ratu Elinor. Di satu sisi, ibunya ingin Merida menjadi seorang putri yang anggun dan mematuhi tata krama, namun Merida lebih menyukai kebebasan, tidak mau terkekang aturan. Drama ini memuncak di akhir film, saat Merida menangis sambil memeluk sang ibu yang berwujud beruang, takut kalau ibunya tidak bisa berubah normal kembali. “Aku salah, kau selalu ada untukku…” padahal di awal-awal Merida sempat mengatakan, “kau tidak pernah ada untukku!” Siapkan tissu untuk ending yang sangat menyedihkan ini.


CLOUDY WITH A CHANCE OF MEATBALL (Sony Pictures, 2010)






Flint Lockwood adalah seorang pemuda yang sejak kecil bercita-cita besar untuk menjadi seorang penemu. Walau pernah ditertawakan teman-temannya lantaran penemuan sepatu semprot bikinannya, hal ini tidak membuat semangat Flint patah. Menjelang dewasa, ia makin sering membuat penemuan-penemuan baru, walau semua penemuannya berakhir dengan kegagalan, dan membuatnya semakin menjadi bahan tertawaan seisi kota.

Oh ya, Flint tinggal di Swallow Falls, kota kecil yang letaknya tersembunyi di Samudra Atlantik. Warganya sudah sangat terbiasa memakan sarden, karena memang hanya itu makanan yang bisa mereka dapatkan di Swallow Falls.

Nah, karena kebiasaan makan sarden yang sudah sangat sangat membosankan inilah, Flint berusaha membuat sebuah alat yang bisa mengubah air menjadi makanan apa saja sesuai keinginan. Sial, alat yang sudah hampir berhasil ini justru mengakibatkan kekacauan di tengah kota saat Flint akan menguji cobanya. Seisi kota nyaris hancur, sementara alat itu sendiri terbang membubung ke langit.

Eitss, cerita tidak berakhir sampai disini! Alat yang menghilang di langit tersebut ternyata benar-benar bisa bekerja! Sesaat setelah kekacauan besar di kota, terjadilah hujan hamburger keju! Flint yang tadinya dijadikan bahan tertawaan dan cacian seisi kota, kini berbalik menjadi pahlawan karena berhasil menyajikan makanan selain sarden.

Segera, Flint mendapat banyak orderan dari warga kota untuk menciptakan hujan makanan lainnya. Namun, seperti kata pepatah, segala sesuatu yang berlebihan itu pasti tidak baik. Karena terlalu banyak menghasilkan hujan makanan, alat ciptaan Flint tersebut bermutasi dan makanan-makanan yang turun ke Swallow Falls menjadi sangat besar ukurannya! Yah, bayangkan saja timun sebesar guling, buah ceri sebesar bola basket dan roti tawar sebesar kasur!

Hanya ada satu solusi: alat itu harus dihentikan. SECEPATNYA.







CWACOM tidak hanya menyajikan pemandangan hujan makanan serta petualangan Flint saat berusaha menghentikan hujan makanan yang terjadi. Kita juga diajak mendalami drama antara Flint dan sang ayah, Tim Lockwood, yang sejak awal menjadi satu-satunya orang yang tidak setuju dengan konsep hujan makanan ciptaan Flint. Ia mengatakan bahwa hujan makanan bukanlah sesuatu yang alami, dan lebih memilih untuk menjalankan bisnis toko alat-alat pancing yang kian sepi sejak alat Flint bekerja. Sama seperti Brave, drama ini juga memuncak di akhir film, saat sang ayah mengungkapkan isi hatinya kepada Flint. Dijamin lebih sedih dari Brave :’)


FINDING NEMO (Pixar, 2004)







Kalian pasti tau film ini, kan? PASTI tau, kaaaaaan??? (maksa)

Film dibuka dengan sepasang ikan badut, Marlin dan Coral, yang tengah menantikan ratusan telur mereka menetas. Naas, seekor barakuda datang dan memangsa Coral serta semua telur-telurnya. Upss, ternyata tidak semua! Sebutir telur tersisa, dan Marlin segera memungutnya, menamainya Nemo. Trauma akan masa lalu Coral dan semua telur yang dimangsa barakuda membuat Marlin sangat overprotektif terhadap Nemo. Terutama pada hari pertama sekolah (iya, ikan bersekolah di film ini), Marlin membuat Nemo malu karena ia terlihat lemah di mata teman-teman barunya.

Nemo pun mencoba membuktikan pada sang ayah bahwa ia tidak perlu penjagaan. Sial, seorang penyelam tiba-tiba datang dan membawa Nemo pergi. Panik, Marlin bergegas menyusul kapal yang dinaiki si penyelam. Namun kapal itu sudah berlalu pergi, meninggalkan Marlin jauh di belakang.
Dimulailah perjalanan panjang Marlin untuk menemukan anak satu-satunya itu. Perjalanan yang kelak membuat Marlin mengerti seberapa kuat daya tahan Nemo dan membuat Nemo sadar betapa besar rasa cinta sang ayah padanya.



 

Film ini menunjukkan bahwa orangtua akan melakukan apapun demi anak-anaknya, bahkan jika sang anak membangkang padanya. Tidak salah rasanya jika Finding Nemo dianggap sebagai salah satu film keluarga terbaik yang ‘aman’ ditonton tanpa harus men-skip adegan-adegan tertentu yang dinilai kurang layak. Jika Merida dalam Brave di awal film sempat mengatakan “kau tidak pernah ada untukku!” namun akhirnya di akhir film dia mengakui “aku salah, kau selalu ada untukku…”, maka di Finding Nemo ini, walau Nemo sempat berkata “aku benci padamu” tapi toh mendekati ending dia akhirnya berucap “Ayah, aku tidak benci padamu…”. It’s such a simply touching movie…


HOW TO TRAIN YOUR DRAGON (DreamWorks, 2010)
HTTYD mungkin adalah film animasi dengan judul terpanjang kedua setelah CWACOM. Sama seperti CWACOM, film ini juga diangkat dari novel berjudul sama. Hmm, sedikit menyinggung novelnya nih, tim penulis naskah HTTYD tampaknya berjuang keras supaya novel anak-anak itu bisa diangkat menjadi film yang layak konsumsi semua umur. Terbukti dari perubahan-perubahan yang cukup drastis—banyaknya tokoh yang dibuang dan tokoh tambahan yang tiba-tiba menyembul menjadi salah satu tokoh penting, serta perubahan besar-besaran dari segi jalan cerita. Bisa dibilang kalau DreamWorks hanya mengambil nama tokoh dan setting tempat, sementara jalan cerita sepenuhnya baru. Di satu sisi langkah ekstrim ini patut diacungi jempol karena berhasil membuat filmnya jauh lebih mengesankan daripada bukunya, tapi akan sangat mengurangi excitement para penonton yang terlebih dahulu lekat dengan versi cetaknya.






Back to topic. Tokoh utama dari film ini adalah Hiccup, seorang anak Viking yang sangat tidak Viking. Badannya kurus kering, berbeda dengan Viking kebanyakan yang kekar berotot. Ia juga tidak pandai bertarung, padahal Pulau Berk tempatnya tinggal sering diganggu naga-naga yang suka mencuri ternak. Suatu hari saat kawanan naga datang menyerang, Hiccup keluar rumah dan mencoba alat penangkap naga buatannya. Tak disangka alat itu berhasil, walau setelahnya seekor naga menyerang Hiccup dan membuat kekacauan besar di Berk.

Keesokan harinya, Hiccup memeriksa tempat dimana sang naga kemungkinan jatuh semalam. Bukan main girangnya Hiccup saat menemukan seekor Night Fury, jenis naga paling menakutkan, terikat tali dari alat penangkap naganya. Namun rupanya Hiccup tidak punya cukup keberanian untuk membunuh si naga. Dia justru melepaskan ikatan tali di tubuh naga itu dan membiarkannya pergi.

Namun, naga itu ternyata tidak bisa terbang karena separuh ekornya robek. Bukannya takut, Hiccup malah berusaha berteman dengan naga yang dinamainya Toothless itu. Ia memberinya makan, membuatkan ekor buatan supaya Toothless bisa terbang, bahkan belajar menungganginya. Semakin dekat Hiccup dengan Toothless, semakin ia sadar bahwa naga ternyata tidak seburuk perkiraan orang-orang Viking di Berk. Namun kesadaran itu datang hampir terlambat saat ayah Hiccup dan seluruh warga Berk berusaha memburu naga ke sarangnya, berhadapan dengan naga raksasa seukuran monster.

Sama seperti CWACOM dan Finding Nemo, drama keluarga disini terbangun antara Hiccup dan sang ayah yang juga kepala suku Viking, Stoick the Vast. Bisa dibayangkan nggak sih, kepala suku adalah sesosok pria Viking tinggi besar, kekar berotot, jago bertarung dengan naga dan tidak kenal takut. Sementara anak laki-lakinya cungkring dan ceroboh. Stoick sering kesal karena Hiccup selalu membuat keributan jika dia keluar rumah tiap kali ada serangan naga. “Everytime you step outside, disaster falls!” Stoick juga pesimis jika Hiccup mampu membunuh naga.

Adegan sedih-sedihnya dari drama keluarga ini adalah ketika Stoick memegang tangan Hiccup, dan dengan wajah penuh penyesalan berkata “I-I’m sorry, f-for everything…I’m proud to call you my son…” padahal awalnya dia sangat menyangsikan kemampuan Hiccup. Highly recommended family and action themed movie!


THE INCREDIBLES (Pixar, 2002)
This is the other side of friendship you’ve never read before, eh salah, this is the other side of superheroes you’ve never seen before :p









Bob Parr, adalah seorang superhero yang memutuskan pensiun menjadi superhero dan menjalani kehidupan normal sebagai pekerja kantoran. Ia menikah dengan superhero juga, Elastigirl dan memiliki 3 anak yang sama-sama memiliki kemampuan super—Violet, bisa menghilang; Dash, bisa berlari super cepat dan Jack Jack, bisa berubah wujud.

Niat Bob untuk pensiun goyah saat ia menerima pesan misterius yang berisi tawaran pekerjaan menjadi superhero lagi. Demi tawaran ini, ia rela membuat kostum superhero baru dan sering berlatih fitness untuk memperbaiki bentuk badannya yang tidak lagi sekekar dulu. Lama kelamaan rencana Bob tercium sang istri. Bersama Violet dan Dash, Elastigirl pun pergi menyusul Bob yang sedang berada dalam perangkap musuh.

Tidak salah rasanya jika salah satu postingan di 9Gag mengatakan kalau pesan utama film ini adalah “family, more than everything, makes this life worth living”. Keluarga, lebih dari segalanya, membuat hidup ini layak untuk dijalani. Karena keluarga ada sebagai tempat kita berlindung, tempat kita belajar tentang berbagai hal, tempat kita menemukan cinta…Aku suka bagaimana Pixar mengisahkan cerita keluarga ini tanpa menyimpang dari kisah superheronya. Bosan dengan film superhero yang itu-itu saja? Tonton The Incredibles!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar