Kamis, 23 Mei 2013

Fast and Furious 6 – More Action, More Humour, Less Plot


Sengefans-ngefansnya aku sama film-film Pixar, nggak pernah aku kelabakan nyari filmnya kayak waktu nonton The Hobbit. Sengefans-ngefansnya aku sama The Hobbit, nggak sampai aku bela-belain nonton filmnya ke bioskop. Tapi demi Fast and Furious 6 aka Fast Six, aku rela pergi ke Rajawali sendirian dan nonton film ini di hari kedua pemutarannya. 




 
Fast Six masih melanjutkan cerita Fast Five pasca Dominic Toretto (Vin Diesel) dan komplotannya berhasil mencuri uang senilai seratus juta dollar dari seorang milyuner asal Brazil. Namun Dom dan kawan-kawannya tidak juga merasa tenang karena mereka masih berstatus sebagai buronan. Kisah terbangun saat agen FBI Luke Hobbs (Dwayne Johnson) yang awalnya gencar memburu komplotan Dom tiba-tiba meminta bantuan mereka. FBI kini tengah melacak sekumpulan mafia jalanan pimpinan Owen Shaw (Luke Evans). Mereka tidak hanya terdiri dari pembalap-pembalap liar tapi juga pembunuh dan penjahat tak kenal ampun. Hobbs menjanjikan pengampunan atas tindak pencurian Dom dan kawan-kawannya jika mereka mampu menangkap Shaw. Cerita ini menjadi semakin gereget karena mantan pacar Dom yang dikiranya sudah meninggal, Letty Ortiz (Michelle Rodriguez), ternyata masih hidup dan bekerja sebagai anak buah Shaw.

Di installement keenam ini, kita akan lebih banyak menyaksikan pertempuran mobil vs mobil, bahkan mobil vs tank dan mobil vs pesawat. Which is really cool and epic. Tyrese Gibson sebagai Roman menyumbang banyak adegan mengundang tawa. Vin Diesel dan Dwayne Johnson pun bermain apik seperti biasa; tak perlu dialog-dialog panjang, cukup ucapan singkat disertai adu otot bisep. Kredit khusus untuk Joe Taslim—walau sepanjang film namanya hanya disebut sekali oleh Owen Shaw—tapi memiliki porsi yang cukup untuk membuat penonton menyadari kehadirannya sebagai aktor asal Indonesia.

Hanya saja, dari segi, plot, film balap ini mengalami sedikit kemunduran.

Tidak seperti Fast Five yang ditutup dengan twist ending yang mengejutkan, Fast Six cenderung berjalan datar dan sedikit mudah ditebak. Endingnya pun tipikal film Amerika banget dimana si tokoh protagonis yang diduga sudah tewas ternyata masih hidup (lengkap dengan adegan heroik juga dong). Sementara tokoh antagonis baru untuk film selanjutnya dikenalkan di post-credit film, membuatnya memiliki ending nggantung dan bikin penonton geregetan. Strategi bagus sih sebenernya karena Fast Seven dijadwalkan rilis Juli 2014 mendatang.

Satu lagi yang aku rasa kurang dari film ini adalah pengembangan karakter villainnya. Jah yang diperankan Joe Taslim, misalnya, dideskripsikan sebagai seorang “cold-blooded killer” tapi di filmnya dia lebih terkesan sweet instead of a cold-blooded image. Adegan berantemnya dengan Han dan Tej juga nggak se-wah yang digembar-gemborkan, masih lebih keren baku hantam antara Letty vs Riley. Selain itu sih akting Joe bisa dibilang keren untuk ukuran aktor yang baru lima kali main film, termasuk Fast Six ini.

Satu lagi. Adegan ketika Shaw ngobrol bareng Dom juga terkesan terlalu dipaksakan ada (walau mungkin adegan itu lebih ditujukan sebagai hint untuk Fast Seven tahun depan dan nggak terlalu ngaruh dengan jalan cerita film ini).

Ini bakal jadi PR buat James Wan, sutradara selanjutnya. Ia harus bisa mengembangkan cerita Fast Seven di luar ekspetasi penonton dengan villain baru dan minus dua orang protagonis yang nggak bakal nongol lagi sampai sekuel-sekuel mendatang. Dengan aktor sekelas Jason Statham sebagai Ian Shaw—kakak Owen Shaw—harusnya sih Fast Seven bisa lebih dari sekedar kisah balas dendam seorang kakak.

Overall, Fast Six memang bukan film jelek. Lepas dari plotnya yang rada maksa, eksekusi karakter villain yang kurang berhasil dan beberapa adegan yang terkesan mission impossible (itu kata cowok yang nonton depanku), film ini masih worth watching, kok. Banyak adegan aksi keren dan humor kocak yang nggak bikin ngantuk nonton. Tapi kalau dicompare dengan Fast Five yang sampai sekarang merupakan seri Fast and Furious favoritku, Fast Six masih berada dibawahnya. Singkatnya nih, yang paling memorable dari Fast Five adalah twist endingnya sementara yang paling memorable dari Fast Six adalah adegan ketika Hobbs “mentraktir” Roman dengan cara menembak mesin minuman.


So, dari rentang 1-10, aku kasih 7.5 untuk Fast and Furious 6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar